Apa
sih fungsi bra? Sebagian berpendapat untuk mendukung pertumbuhan dada, sebagian
lagi berpendapat untuk menopang dada agar terlihat lebih well-prepared. Apapun fungsi bra, bagi saya yang lebih menarik
adalah fakta yang saya lihat di sekitar. Pernahkah kita bertanya, “Nyamankah
wanita mengenakan bra selama 24 jam?”, atau saya ganti pertanyaannya menjadi,
”Sejujurnya lebih nyaman mana, mengenakan bra atau tanpa bra? ”. Umm, nampaknya
banyak yang langsung menjawab pada pilihan pertama. Bagi saya, ini pertanyaan
yang gampang-gampang susah untuk dijawab.
Saya
pernah membaca artikel dari majalah wanita bahwa sebaiknya bra tidak dikenakan
saat tidur karena berkaitan dengan kelancaran pernafasan dan peredaran darah.
Lantas, apakah selama mengenakan bra sebetulnya wanita mengalami sirkulasi
udara dan darah yang tidak maksimal? Bukankah durasi memakai bra justru lebih panjang jika dibandingkan dengan durasi tanpa mengenakan bra saat tidur? Kalau boleh jujur, bernafas saat tanpa mengenakan bra jauh
lebih lega dibandingkan ketika mengenakannya. Sama halnya ketika seseorang menggunakan
baju longgar, ia akan merasa jauh lebih nyaman dibandingkan menggunakan baju ketat.
Bra yang ‘aman’ ditentukan oleh kualitas karet di bahu dan lingkar badan.
Semakin kencang karetnya maka bra tersebut semakin ‘aman’. Namun, bukankah
pilihan seperti itu justru membuat semakin sulit bernafas? Apa boleh buat, yang
penting ‘aman’, kan?
Bicara
soal ‘aman’, teman wanita tentu paham dari sudut mana unsur ‘aman’ yang
dimaksud. Lagi – lagi ini terkait dengan kesopanan. Saya tidak ingin mengupas
terlalu panjang untuk yang satu ini, terkait berita yang kini heboh di media (à
another silly objection in one of Sumatra province). Kalian tentu pernah
melihat beberapa laki-laki gemuk atau bertubuh berisi yang berdada besar bahkan
hampir seukuran milik wanita. Tapi kenapa mereka semua tidak ada yang
menggunakan bra? apakah karena dada mereka tidak akan tumbuh terus-menerus
seperti halnya wanita, lantas mereka tidak memerlukan dukungan topangan bra
untuk kesehatan dadanya? ataukah karena mata wanita tidak akan ‘risih’ bila
melihat dada laki-laki, tidak seperti halnya mata laki-laki ketika melihat dada
perempuan? Well, harus diakui kita hidup di dunia dimana hanya wanita yang
selalu dikaitkan dengan unsur kesopanan. Tidak ada alasan jelas dibalik aturan
mengapa wanita tidak boleh atau tabu untuk berpakaian terbuka, makan sambil
jalan, merokok bahkan duduk ngangkang di motor. Kalau boleh out of topic sejenak, semalam saat iseng
buka twitter, ada tweet yang menarik, “untuk menghindari perkosaan, kuncinya
bukan di penampilan wanita tapi di isi kepala laki-laki”. Hadeuh, mungkin bisa
jadi diskusi yang alot jika statement itu dilontarkan ke oknum semacam bang raja
dangdut.
Lupakan
soal gender, mari kembali ke topik inti. Cerita berikutnya bukan berarti
mendukung agar wanita tidak mengenakan bra sama sekali namun hanya mengajak untuk
merenung sejenak. Selama kuliah, sudah tiga kosan berbeda yang pernah saya huni.
Kosan yang terakhir boleh dibilang tempat yang membuat saya memahami fenomena
wanita malas menggunakan bra. Dari yang sering pulang malam sampai yang paling
rajin sholat, saya jarang melihat ada mahasiswi yang menggunakan onderdil wajib
wanita saat berada kosan. Entahlah, mungkin mereka merasa nyaman karena semua
penghuni se-gender dan kami masih naksir lawan jenis. Ada satu penghuni yang
boleh dibilang anak baik-baik (meskipun baik kalau cuma nebeng nonton X-factor
di kamar tetangga) yang presentase bra-lessnya cukup mengagetkan. Saya dulu
sempat berpikir kalau dia yang paling rajin berbusana super lengkap karena dari
tampilan luar memang terlihat demikian hingga pada suatu hari dia mengaku bahwa
jangankan di kosan, ke rumah makan depan saja belum tentu pakai. Hmm, mungkin itu
hanya satu contoh sederhana dari sebuah hunian yang ber-gender sama yang
menyebabkan wanita bisa nyaman sekaligus aman tanpa mengenakan bra. Singkat kata, sebenarnya dari tadi cuma ingin bilang, kalau sebenarnya dibandingkan karena alasan kesehatan, wanita menggunakan bra lebih kepada faktor psikologis yaitu kecemasan wanita karena adanya keberadaan gender lain di luar sana. Saya jadi
membayangkan, andai saja di bumi ini hanya ada wanita, mungkin saya bisa
sedikit bernafas lega bukan hanya saat tidur.
Ada pendapat lain? Monggo di share di kolom komentar, :)
No comments:
Post a Comment