Need help for Individual or Corporate TAX ? Please contact 0815-8222454, LENA

Monday, August 6, 2012

Jika Hubungan dengan Mantan Bos dkk Kurang Baik

"In with regret and anticipation that I submit this letter of resignation,....."

Pada umumnya dalam proses rekrutmen karyawan baru, perusahaan meminta pelamar untuk melengkapi beberapa lembar formulir pelamar sebelum memasuki ruang interview. Dalam formulir tersebut ada kolom yang meminta pelamar untuk menuliskan sekitar dua atau tiga nama referensi beserta nomor kontak yang dapat dihubungi dari karyawan di kantor pelamar yang terdahulu. Beberapa orang berpikir bahwa kolom ini hanya bersifat formalitas yang meyakinkan perusahaan bahwa si pelamar memang pernah bekerja di tempat itu dan memiliki catatan berperilaku baik di kantor sebelumnya sehingga berani untuk mencantumkan nomor kontak si referen. Namun, beberapa divisi hrd perusahaan ternyata memang benar akan menghubungi nomor tersebut serta menanyakan tentang diri si pelamar. Anda bisa bayangkan, bagaimana jika hubungan terakhir pelamar dengan karyawan-karyawan di kantor lama kurang baik termasuk dengan mantan atasan?

Sunday, August 5, 2012

Sbux UI Melarang Customer Berfoto?

Dear Customers,
"Due to our operational policy and
convenience of other customers,
please do not take pictures
in our store's premises.
Thank  you for your understandably."

Agak bingung dengan secarik kertas yang ditempel persis di luar pintu masuk store yang isinya sebuah peringatan yang entah sejak kapan diberlakukan di store itu. Sebulan lalu saya belum melihat ada tempelan ini. Jadi penasaran juga sih, kenapa peringatan ini baru dipublish sekarang jika memang alasan yang ditulis pertama ialah 'due to our policy'? Bukankah ini store sudah beroperasi lebih dari setahun yang mana sejak awal beroperasi hampir semua ababil yang duduk di sofanya langsung mengeluarkan blitz? Jika peraturan itu memang sudah mereka miliki sejak awal, lantas kenapa baru dipublish sekarang ya? Lalu, bukankah di branch mereka yang lain, sah-sah saja kalau customer ingin 'jeprat-jepret'? Apakah ini artinya hanya di branch store ini saja yang memberlakukan hal itu? Oke, itu bisa jadi. Mungkin tiap store diperbolehkan 'nyiptain' peraturan baru yang disesuaikan dengan 'sikon' si store area. Dan, oh...ternyata saya belum baca tulisan bawahnya (yang di tinta merah itu tuh...hehe). Nah, ini yang paling bikin penasaran! 'other customers'? Siapa nih, oknum 'other customers' yang dimaksud??

Friday, August 3, 2012

Bullying = Ranting dari Senioritas

"haters don't really hate you
they hate themselves because you're a reflection of what they wish to be." (TheSingleWoman)
Sepekan terakhir berita bullying sedang marak. Agak heran sih, kenapa kok hits nya baru sekarang padahal aksi model ini sudah ada dari jaman enyak-babe. Jawabannya, kebetulan si tersangka lagi ketimpa sial karena keluarga korban termasuk pihak yang berani melaporkan kasus yang umumnya dianggap sepele ini ke polisi. Yap, digarisbawahi ya 'umumnya dianggap sepele' baik oleh para siswa maupun ibu bapak-guru yang selalu menasihatkan murid untuk berbuat baik kepada sesama. (Helloo?! -_-.). Lucunya, diberitakan kalau KPAI keberatan dengan penahan 7 orang tersangka pelaku bullying ini. (Huh, I can smell bunch of money here). 

Setelah cukup lama memakan asam garam kehidupan dunia pendidikan (jiahh), saya melihat tindak bullying salah satu satunya dipicu oleh budaya senioritas (ada juga sih faktor lainnya, tapi di indonesia yang paling ng-tren ya faktor yang satu ini. kalau di jepang lebih aneh-aneh lagi bahkan sampai penyebab yang tidak rasionalpun juga ada, silahkan gugling 'ijime'). Kenapa sih, senioritas bisa ada? Darimana sih datangnya senioritas? Sejak kapan senioritas ada? Dan kenapa bisa bertahan lama hingga membudaya? Baiklah, saya pribadi juga bertanya-tanya tentang ini, (gak nolong banget ya, hehe). Jika diijinkan untuk langsung menjawab, simpel sih jawabannya (tapi nyebelin), yaitu karena semua orang pernah merasakan kenikmatan menjadi senior. Mungkin bagi yang tidak merasa menikmati, bukannya tidak mau mengaku tetapi hanya tidak sadar (jangan marah ya, hehe).

Haruskah Menghadiri Wisuda?

A : Lo udah bayar wisuda,bro?
B : Belom.
A : Hari ini hari terakhir daftar tau! Gile lu, ampe jam 5 doank loh!!
B : Emang gw gak ikut kok...(dengan muka santai)
Beberapa teman bilang wisuda adalah seremonial yang ditunggu-tunggu, ada juga yang bilang ini momen yang menandakan jatuh bangun perjuangan akademis selama bertahun-bertahun tetapi ada juga yang bilang ini bisnis kampus. Semua punya pendapat masing-masing dan berhak untuk ikut wisuda atau tidak. Untungnya kampus saya termasuk kampus yang tidak mewajibkan menghadiri wisuda, mengingat ijazah diberikan bukan saat hari wisuda tapi sebulan setelahnya. Empat tahun lalu saat latihan paduan suara untuk wisuda, tidak terbersit di pikiran saya untuk tidak menghadiri wisuda. Lagu-lagu yang gegap gempita seakan-akan memotivasi mahasiswa baru untuk jangan kuliah lama-lama dan segera memakai toga lalu dinyanyikan lagu 'glodeamus' di auditorium. Seiring berjalannya waktu semuanya berubah termasuk pandangan saya terhadap upacara wisuda.

Lulusan Jurusan X tapi Tidak Mahir X

Inteviewer  : IPK kamu tinggi ya. Hmm, kenapa kamu kuliah ngambil jurusan X?
Kandidat   : Saya suka segala hal tentang X,pak.
Interviewer: Apa saja yang kamu suka dari X?
Kandidat   : Semuanya pak, diantaranya bla,,bla,,bla,,dan bla,,
Interviewer: Terus kenapa kamu mau ngelamar kerja jadi Z?
Kandidat  : mau nagis..(karna selama kuliah gue gak mahir X pak,tapi gw jago kuliah teorinya),,

Dilematis, ini kata yang muncul di otak penulis ketika membaca percakapan ini. Pasti si anak sedang melamar di vacancy yang any major dan kedapetan interviewer yang lihai menjebak kandidat, (istilahnya do'i termasuk staf hrd yang udah dapet sertifikat ISO challenger interviewer di kantor). Saya yakin anak ini pasti dulu menggebu-gebu waktu milih jurusannya dan bahagia setengah mati pas tau keterima lolos ujian seleksi. Sayangnya, seperti yang guru SD kita bilang, mempertahankan lebih sulit daripada meraihnya...

Thursday, August 2, 2012

Selidiki Kontrak Kerja yang Menahan Ijazah!

Pernah dong ya, mendengar kontrak kerja perusahaan yang menahan ijazah terakhir karyawannya sebagai jaminan ikatan kerja. Umumnya ini berlaku untuk jenis pekerjaan yang berhubungan langsung dengan uang customer contohnya kasir minimarket. Selain itu, kontrak demikian juga berlaku di perusahaan yang memberikan training bagi karyawan baru sebelum menjadi karyawan tetap (biasanya untuk posisi management trainee dan gaji yang ditawarkan cukup besar bahkan untuk level fresh graduates). Ijazah akan dikembalikan setelah kontrak ikatan dinas berakhir dan jika karyawan resign sebelum tanggal ikatan dinas berakhir maka karyawan diwajibkan membayar pinalti sehingga ijazah dapat dikembalikan. Semakin lama durasi ikatan dinas cenderung biaya pinaltinya juga semakin besar. Tidak sedikit orang yang bersedia melakukan perjanjian kerja seperti ini mengingat gaji yang diterima besar dan jaman sekarang cari kerja susah, tetapi banyak juga yang menyesal ketika sudah bergabung dengan perusahaan tersebut. Nah loh, ada apa didalamnya?

Wednesday, August 1, 2012

Memahami HRD yang Berlagak Tuhan

"Jika Anda short-listed maka kami akan menghubungi Anda kembali dan jika Anda tidak dihubungi oleh kami itu artinya Anda tidak short-listed. Terima kasih untuk waktunya. Good Luck"
Pernah menerima telepon hrd  untuk datang interview jam 9 besok pagi. Ya besok pagi. Ini kebiasaan semua hrd: menelpon H-1 (ada sih yang enggak, tapi itu bisa dihitung pake jari). Mungkin sekedar menguji sejauh mana kebutuhan kandidat akan lowongan mereka atau cuma sekedar ingin tahu apakah kandidat sedang ber-kutu loncat tapi masih berstatus karyawan aktif di company lain. Lokasi interview yang jauh dan persiapan yang mepet, seakan-akan hrd lagi pengen ketemu pelamar yang dalam keadaan yang tidak siap. Sebenarnya muak juga mau memenuhi panggilan ini-itu apalagi kalau follow-up nya tidak jelas dan interviewernya lebih banyak nge-bullshit. Ada temen saya yang bilang itu cuma ngabisin ongkos buat tiket kereta, ngabisin deterjen buat cucian, ngabisin pasfoto, ngabisin tenaga dan ujung-ujungnya ngabisin air mata (eiaaa...kalau yg terakhir sih itu kalo ngelamar pacar ya..hehe).

Tidak jarang HRD yang ngebullshit bukan cuma saat interview, tapi juga saat menepati jam interview yang sebelumnya sudah disepakati dengan kandidat di telepon. Sebulan lalu teman saya menerima telepon dari hrd grup media besar di sarinah yang saya yakin se-indonesia pasti tahu kalau saya sebutin 2 huruf pertamanya, MR* Group. Ini grup yang megang lisensi baza*r magazine dan c*smopolitan magz di indo. Teman saya datang jam 9 dan dia orang yang pertama datang, (catet ya: 'yang pertama datang'). Sebelum interview, salah satu staf hrd nya memberikan form yg harus diisi, kira-kira ada 20 lembar. Menurut saya ini sih terlalu berlebihan, rata-rata 3-5 lembar saja sudah cukup, dan  kalau memang harus diisi segitu banyak kenapa tidak di email saja ke kandidat terus di-print dan dibawa besokannya. Masa company sebesar itu gak paham sih arti efisiensi?! Entahlah mungkin departemen hrd nya yang memang terlalu bodoh, (dan semakin terbukti di akhir cerita ini). Sudah 2 jam lebih teman saya menunggu, nama dia tidak dipanggil-panggil. Justru yang dipanggil duluan adalah perempuan yang baru datang setelah dia. Ada perempuan lain yang juga melamar untuk posisi yang sama dan sudah diinterview duluan dan langsung ke tahap berikutnya yaitu psikotest. Tapi apa yang terjadi dengan teman saya?

Fresh Graduates Jangan Mau Digaji Selamanya!!


Caca   : Lip,lo kan anak sastra Jerman, bahasa Jerman lo bagus gak?
Lilip     : Kagak !
Caca   : Lo ntar cari kerja yang berhubungan sama Jerman gak?
Lilip     : Kagak !
Caca    : Lah, trus kalo lulus kerja apaan donk???
Lilip      : GW GA MAU KERJA. GW MAU BERWIRAUSAHA! LULUS S1 MESTINYA BERPIKIR KE ARAH BISNIS ! BUKAN JADI BAWAHAN YG DIGAJI !
Caca    : ?!! ( Langsung buru-buru ngumpetin CV yg baru di print..)

Memang sih jawaban si Lilip ini agak nyolot tetapi pikiran seperti dia itulah yang justru membuat saya ingin meng-cancel menghadiri interview apapun. Dulu sewaktu saya masih ada di semester muda seperti si Lilip, saya berada di situasi yang sama. Dibanding teman-teman saya yang lain, saya termasuk yang kurang mahir dalam skill utama yang mestinya wajib dimiliki oleh anak jurusan saya. Dalam perkompetisian tenaga kerja, jelas hal ini menyulitkan karena company pasti lebih prefer lulusan yang memang punya skill sesuai dengan background study nya. Gak mungkin kan, untuk lowongan Staff Legal di firma hukum, yang dipilih justru anak Sastra Jepang?! Kecuali kalau yang punya perusahaan emang bapaknya, atau pacarnya,,haha. Atau contoh lain, tidak mungkin ada perusahaan yang buka lowongan untuk Staff Penerjemah Bahasa Jepang lalu menerima lulusan Sastra Jepang yang skill bahasa Jepang nya masih butuh pertolongan google translate!! Nah lo? (I can see somebody are laughing now,,).