Need help for Individual or Corporate TAX ? Please contact 0815-8222454, LENA

Wednesday, August 1, 2012

Memahami HRD yang Berlagak Tuhan

"Jika Anda short-listed maka kami akan menghubungi Anda kembali dan jika Anda tidak dihubungi oleh kami itu artinya Anda tidak short-listed. Terima kasih untuk waktunya. Good Luck"
Pernah menerima telepon hrd  untuk datang interview jam 9 besok pagi. Ya besok pagi. Ini kebiasaan semua hrd: menelpon H-1 (ada sih yang enggak, tapi itu bisa dihitung pake jari). Mungkin sekedar menguji sejauh mana kebutuhan kandidat akan lowongan mereka atau cuma sekedar ingin tahu apakah kandidat sedang ber-kutu loncat tapi masih berstatus karyawan aktif di company lain. Lokasi interview yang jauh dan persiapan yang mepet, seakan-akan hrd lagi pengen ketemu pelamar yang dalam keadaan yang tidak siap. Sebenarnya muak juga mau memenuhi panggilan ini-itu apalagi kalau follow-up nya tidak jelas dan interviewernya lebih banyak nge-bullshit. Ada temen saya yang bilang itu cuma ngabisin ongkos buat tiket kereta, ngabisin deterjen buat cucian, ngabisin pasfoto, ngabisin tenaga dan ujung-ujungnya ngabisin air mata (eiaaa...kalau yg terakhir sih itu kalo ngelamar pacar ya..hehe).

Tidak jarang HRD yang ngebullshit bukan cuma saat interview, tapi juga saat menepati jam interview yang sebelumnya sudah disepakati dengan kandidat di telepon. Sebulan lalu teman saya menerima telepon dari hrd grup media besar di sarinah yang saya yakin se-indonesia pasti tahu kalau saya sebutin 2 huruf pertamanya, MR* Group. Ini grup yang megang lisensi baza*r magazine dan c*smopolitan magz di indo. Teman saya datang jam 9 dan dia orang yang pertama datang, (catet ya: 'yang pertama datang'). Sebelum interview, salah satu staf hrd nya memberikan form yg harus diisi, kira-kira ada 20 lembar. Menurut saya ini sih terlalu berlebihan, rata-rata 3-5 lembar saja sudah cukup, dan  kalau memang harus diisi segitu banyak kenapa tidak di email saja ke kandidat terus di-print dan dibawa besokannya. Masa company sebesar itu gak paham sih arti efisiensi?! Entahlah mungkin departemen hrd nya yang memang terlalu bodoh, (dan semakin terbukti di akhir cerita ini). Sudah 2 jam lebih teman saya menunggu, nama dia tidak dipanggil-panggil. Justru yang dipanggil duluan adalah perempuan yang baru datang setelah dia. Ada perempuan lain yang juga melamar untuk posisi yang sama dan sudah diinterview duluan dan langsung ke tahap berikutnya yaitu psikotest. Tapi apa yang terjadi dengan teman saya?
Yang awalnya janjinya staf hrd mau interview jam 9, ternyata teman saya baru dipanggil jam 11.20. Dia masuk ke ruang head hrd nya, seorang ibu yang wajahnya polos dan otak nya ternyata juga polos (baca: kosong). Si ibu ini bertanya sambil membaca segepok form tadi yang sudah diisi teman saya. Percaya atau tidak si ibu cuma memberikan 2 pertanyaan dan bilang kalau dia perlu mempelajari CV teman saya. Jelas, si ibu hrd ini keterlaluan, berarti selama dua jam tadi dia sebenarnya sama sekali belum baca CV teman saya. Akhir kata ibu ini bilang, "Kami akan menghubungi kamu dalam waktu seminggu dan bila dalam waktu seminggu kamu tidak menerima telepon dari kami itu artinya pilihan jatuh ke tangan yang lain". Teman saya pun saat itu langsung melempar tupperware nya ke muka si ibu hrd. Enggak deng, becanda..haha. Dia langsung berdiri dan menyalam ibunya tapi mengacuhkan wajahnya dari si ibu, bahkan tidak membalas ucapan "Terima kasih atas waktunya" dari si ibu. Akhirnya teman saya yang sudah menunggu dua jam, keluar dari ruang interview dalam waktu kurang dari 3 menit.

Oke, saya bukan hrd ya, tapi saya mengerti arti profesionalitas dan maaf sekali company ini sama sekali tidak profesional. Saya termasuk anak muda yang suka menonton media dan mendengar radio yang dinaungi grup ini seperti trax, hardrck, 0chanel dll. Sayangnya itu dulu, sekarang sih udah enggak lagi, karena tiap denger nama-nama media itu, saya langsung inget cerita nasib temen saya. Maksud saya, inilah yang kurang dipikirkan beberapa hrd yang punya budaya kerja seenak jidat terhadap kandidat yaitu citra perusahaan. Bukan tidak mungkin sikap berlagak tuhan seperti demikian akan beredar mulut ke mulut sehingga membuat nama baik perusahaan menjadi buruk di mata masyarakat. Okelah, mungkin rekan saya memang tidak qualify tapi bukankah si staf hrd sudah melihat cv teman saya lewat email sebelum menelponnya untuk interview? Kalau memang dari awal si staf hrd ini ragu dengan kompetensi kandidat ya sebaiknya tidak usah ditelpon daripada disuruh datang ke kantor dan cuma diperlakukan sebentar layaknya deliveryman pizza hut. Sayang sekali apabila citra perusahaan keseluruhan menjadi negatif hanya karena bad attitude di salah satu divisi nya.

Untuk teman-teman yang sedang berjuang mencari kerja, persiapkan diri sebaik-baiknya ya, dan selalu bersabar dalam menghadapi berbagai karakter interviewer. Anggap saja ini seperti menghadapi tipe-tipe dosen yang berbeda sewaktu kuliah :).















No comments:

Post a Comment