Need help for Individual or Corporate TAX ? Please contact 0815-8222454, LENA

Thursday, March 27, 2014

Bank Of Tokyo – Never Sad Ending Recruitment (part 2- Ganjil!)



(part 1)
Kira-kira 3 hari kemudian Mas Cucok Bo nelpon buat nyuruh tes TOEIC (jadi saya ambil kesimpulan kalau interview user kemarin lolos).  TOEIC nya gratis dibayarin sama BOT lokasinya di ITC Plaza Sentral. Di sana yang ikut tes dari BOT Cuma 3 orang, dua laki laki dan saya sendiri perempuan. Tes nya 100 soal listening kira2 45 menit, sisanya 100 soal yang terdiri dari reading dan ngisi kalimat rumpang, durasinya 75 menit. Total 120 menit dan semuanya pilihan ganda. TOEIC terhitung lebih mudah daripada TOEFL karena tujuannya untuk mengukur kemampuan berkomunikasi jadi konteks soalnya seputar aktivitas kantoran dengan bahasa sehari-hari. Score TOEIC keluar hari itu juga secara confidential, jadi kandidat tidak diberitahukan hasilnya namun score hanya diketahui internal pihak BOT saja. BOT sendiri membuat standar TOEIC min.750 dari score 990 untuk semua calon karyawannya.
Seminggu tidak dapat kabar, saya pun menelpon ke BOT untuk follow-up hasil TOEIC kemarin (menyambung telepon ke BOT susahnya minta ampun). Susah payah menelpon, yang mengangkat ibu-ibu padahal saya nyari Mas Cucok Bo. Ibu itu bilang si Cucok Bo lagi tidak ditempat untuk sementara, doi sedang signing letter di ruang meeting. Saya pun menitip pesan untuk Mas Cucok Bo ke ibu itu bahwa saya hanya ingin memfolow up kelanjutan dari hasil TOEIC. Dua hari kemudian saya mencoba hubungi kembali Mas Cucok Bo, kali ini saya sangat berharap doi ada di tempat. Alhamdulilah, tersambung juga dengan doi. Tanpa panjang lebar saya sampaikan maksud saya yang ingin menayakan kabar status aplikasi terakhir saya dari tes TOEIC kemarin. Ini jawaban dia: “ Hmmmm (panjang banget hmm nya, udah ketauan ini hasilnya apaan). Sebenarnya untuk hasil TOEIC kamu oke, tidak ada masalah namun user sudah memilih kandidat lain untuk posisi tersebut. Saat ini kita bukan meng cut kamu tapi kita hold dulu. Jadi bilamana ke depan ada posisi yang kosong dan sesuai dengan penilaian kita terhadap kamu, kita akan proses kembali (kalimat yang terakhir ini khas basa basi Hrd banget, hampir semua Hrd pasti menyampaikan ini sebagai kalimat penyambung setelah kalimat penolakan. Untungnya saya gak pernah percaya janji palsu itu,haha). Sayangnya user sudah memilih kandidat yang lain, dan kami dari Hrd harus menerima keputusan user karena nantinya kalau kami paksakan, kedepannya jadi tidak cocok”. Saya sungguh tidak paham dengan maksud kalimat dia yang terakhir. Berarti peran user paling utama dalam memberikan keputusan bukan? Jadi dengan kata lain meskipun hasil TOEIC saya lolos tapi kalau user sudah senang dengan kandidat lain saat interview tanpa ikut TOEIC pun kandidat yang sudah dikagumi itu pasti lolos-lolos aja kan. Apa iya sebenarnya saya sudah tidak lolos sejak interview user? Kalau memang saya tidak lolos di user lantas kenapa BOT rela mengeluarkan uang untuk membayar TOEIC saya? sedangkan Hrd sebelumnya bilang kalau TOEIC ialah proses jika lolos interview user. Mungkin kandidat tsb sudah melakukan proses rekrutmen sebelum saya hingga membuat user terpukau. Namun jika memang demikian, buat apa BOT masih mencari kandidat lain (saya) sampai berjalan ke tahap 3? Saya bisa ambil kesimpulan, intinya tes TOEIC di BOT tidak memiliki fungsi dalam proses rekrutmen. Asalkan ada kandidat yang sudah membuat user terpukau (entah terpukau karena keunggulan atau memang link dari orang dalem) maka kandidat lain tidak akan dipertimbangkan. Saya pun mengakhiri perbincangan dengan ‘Oke deh, terimakasih ya’.
Saya kesal? Tidak, tidak sama sekali. Hanya saja heran kenapa industry banking yang reputable ini ganjil dalam proses rekrutmen. Sangat disayangkan waktu kandidat habis terbuang untuk test TOEIC yang ternyata tidak memiliki nilai guna apapun untuk pertimbangan rekrutmen (karena ternyata sudah ada orang yang oke bagi user, mau lolos atau tidak lolos TOEIC). Saya tidak mau berlama-lama larut dalam spekulasi alasan penolakan tsb . Saya menyesal melupakan prinsip saya saat masih fresh graduates dulu, yaitu ‘ high effort, less expect’. Sangat sulit diterapkan, tapi lebih sulit lagi mengobati sakit akibat luka penolakan atas segala usaha yang penuh pengharapan.
Saran saya sih kalau lagi proses rekrutmen jangan pernah fokus berusaha (apalagi NGAREP) pada satu company namun jadilah kadal dengan mengikuti rekrutmen sebanyak banyaknya (tentunya yang sesuai kualifikasi) karena perusahaan pun lebih kadal dengan memanggil sebanyak banyaknya kandidat tanpa kita tahu kebijakan macam apa yang mereka terapkan dalam proses rekrutmen. Sama halnya dengan pedekate ke gebetan yang tidak harus setia pedekate dengan satu orang. Ketika satu menolak, kita tidak lantas merasa ada di posisi kalah karena banyak pertandingan lain yang memberikan kita peluang untuk menang.
Move forward yo!

2 comments: