Need help for Individual or Corporate TAX ? Please contact 0815-8222454, LENA

Thursday, March 27, 2014

BDP BCA – (Jangan Dateng Telat)



Sesuai judul tulisan, kisah berikut ini mengajari saya untuk belajar disiplin soal waktu pada setiap rekrutmen yaitu datang on time. Berawal dari Agustus 2012, resepsionis BCA menghubungi saya untuk psikotest keesokan harinya. Bayangkan saja saat itu saya masih tinggal di sekitar Depok sedangkan lokasi tes nya di Slipi, disuruh dateng jam 8 pagi dan baru dikasih tau jam 5 sore, H-1, (karena saat itu saya masih anak baru lulus, jadi euphoria nya gede makanya mau-mau aja diatur-atur seenaknya sama undangan semena-mena macem itu,haha. Kalo kejadiannya sekarang, saya pasti gak bakal dateng,haha). 

Saya dateng on time jam 8 tapi BCA nya tidak on time, tes baru mulai jam 8.30 (gelagat umum HRD Jakarta). Psikotest standar banget, itu psikotest pertama saya yang sifatnya untuk rekrutmen, jika dibandingkan psikotest perusahaan lain, psikotest BCA ini tergolong standar (padahal malemnya saya gak tidur loohh). Untuk psikotest bersifat standar tsb komponennya apa saja, silahkan di google sendiri, yang pasti ada Pauli Test. Sekitar jam 12 siang pengumuman keluar, saya lolos (yang lolos ada sekitar 30 orang dari 100 orang sebelumnya).  Tes berikutnya dilanjutkan jam 2 siang. Kandidat yang lolos semuanya dapet makan siang nasi kotak (HORE!). Menurut saya BCA termasuk modal dalam perekrutan karena makan siangnya isinya gak murahan (ehehehe). Sambil menunggu tes berikutnya saya ngobrol dengan kandidat lain, mayoritas dari mereka ialah mahasiswi negeri luar Jakarta dan kalaupun bukan kampus negeri, mereka lulusan dari kampus swasta mahal di JakBar (sebut sendiri deh,,semua jumplek dari situ yang non-negeri). Saya acungi jempol kebijakan BCA untuk mempersilahkan segala jurusan mengikuti proses rekrutmen BDP ini. Para kandidat yang saya kenal waktu itu nyaris tidak ada yang  berasal dari Fakultas Ekonomi.


Tes sesi dua simpel abis cyinn, cuma disuruh gambar orang, lanjutin garis, dan bikin karangan yang dimulai dengan kata saya. Jam 4 sore semua disuruh pulang dan diumumkan bahwa untuk tes berikutnya ialah wawancara psikolog. Saat itu psikolog yang mengkoordinir kami bernama ibu Iif, dari lembaga rekrutmen yang disewa BCA. 

Dua minggu kemudian saya dihubungi BCA untuk wawancara psikolog dan terpaksa saya ajukan reschedule karena bentrok dengan interview lain. Akhirnya dua minggu kemudian lagi saya sms ibu Iif mengenai jadwal reschedule dan langsung dihubungi balik oleh pihak BCA untuk interview psikolog jam 8 pagi besok. Sebenernya saya keberatan sekali untuk datang sepagi itu karena domisili jauh dan pagi banget. Akhirnya dengan bodo amat saya dateng jam 9, saya ngakunya sama resepsionis emang disuruh dateng jam 9 pagi. Akhirnya hampir 3 jam saya nunggu, si ibu Iif itu manggil saya, dia sama sekali gak nanya keterlambatan saya, malah minta maaf ke saya karena saya sudah menuggu lama. Interview psikolog ini sama sekali bukan tes tetapi sifatnya hanya screening kepribadian sebagai database. Interview hanya 15 menit dan saya pulang.
Sepengetahuan saya semua kandidat yang sudah lolos psikotest dan telah interview dengan psikolog pasti akan dioper ke FGD. Lebih dari  2 bulan saya tidak mendapatkan kabar. Sayapun menelpon ke BCA dan pihak BCA meminta maaf mengenai hal ini. HRD BCA menghubungi saya kembali apakah saya masih berminat pada BDP lalu meminta maaf atas kelalaian yang terjadi karena ternyata psikolog (Ibu Iif) tidak memasukkan data saya ke database mereka. Saat itu HRD yang menelpon saya bilang bahwa nanti akan dihubungi kembali untuk FGD, nyatanya sampai sekarang pihak BCA sama sekali tidak pernah menghubungi saya kembali. Saya simpulkan, Ibu Iif sebagai psikolog yang disewa BCA saat itu telah memblacklist saya, sehingga tidak meneruskan proses aplikasi saya. Dugaan saya, ini semua karena faktor keterlambatan kedatangan saya saat interview psikolog. Saya tidak menyangka, bahwa interview psikolog ternyata bukan screening semata, tapi juga bagian dari filterisasi alias belum tentu semua lolos. Sebenernya sih saya gak nyangka kalau dibalik kelembutan ibu Iif ini ternyata bisa juga kejam ya, ampe gak masukin data saya ke database. 

Kejadian tersebut membuat saya disiplin diri dalam setiap proses rekrutmen. Hikmah positif yang diambil selain soal disiplin waktu ialah saya jadi pakar soal rute Slipi (hehe). Selain itu, menurut saya, tes psikotest, tes kepribadian, tes blab la bla,,sebenarnya tidak memiliki fungsi kuat untuk kelolosan rekrutmen, boleh dibilang cuma formalitas perusahaan supaya dibilang orang gak asal-asalan nerima karyawan. Inti dari kelolosan rekrutmen ialah user, kalau user sudah suka dari awal maka tes tes katro dan wawancara HRD hanya angin lalu semata. Sayang nya untuk ketemu user harus melewati tahapan katro yang saya sebutkan tadi atau sudah kenal duluan dengan user a.k.a nitip lewat orang dalem cyinnn..
(Sampai detik ini saya gak pernah buka rekening BCA, mau ada promo gratisan kaya apa kek, saya ogah buka..haha. Masih sayang sama waktu, tenaga dan uang yang kebuang sia-sia demi rekrutmen yang dihentikan oleh Ibu iif…ciee elah ).

No comments:

Post a Comment